Pengalaman Mengajar Anak TKI di Malaysia

July 06, 2019


Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga selaku pihak yang telah memfasilitasi saya dalam mengikuti program relawan ini, serta terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang sudah mendukung saya selama proses kegiatan.

Saya bersama dengan 19 orang teman saya yang terpilih untuk menjadi Delegasi Indonesia dalam International Youth Leader Volunteering Chapter Malaysia.

24 April 2019, saya dan teman-teman berangkat menuju lokasi pengabdian di Klang, Malaysia. Setibanya di lokasi, saya melihat ada 4 ruangan seadanya yang terisi penuh oleh anak-anak yang berseragam merah-putih serta 1 ruangan fungsional digunakan untuk ruang guru, namun diisi juga oleh beberapa lemari buku, dan 4 komputer. 


Begitu sedihnya saya mengetahui bahwa ternyata didalam ke-4 ruang tersebut tidak hanya diisi oleh satu tingkatan kelas saja, namun ada beberapa tingkatan kelas yang digabung dikarenakan oleh ruangan yang kurang untuk menampung jumlah anak yang cukup banyak. Selain itu, disana hanya terdapat 3 guru untuk mengajar disekolah tersebut dan menghandle semua mata pelajaran.

Tidak hanya itu, yang seakan menampar saya dan menyuruh saya bersyukur adalah mengetahui bahwa untuk bisa mengikuti UNBK beberapa murid menunggu hingga 3-5 tahun dan tahun ini sekolah hanya mendapatkan kuota kurang dari 10 siswa untuk mengikuti UNBK dikarenakan mereka tidak mempunyai Nomor Induk Siswa Nasional (NISN).


Mereka adalah anak-anak WNI yang lahir dan tumbuh di negara orang dan harus berstatus “stateless” atau tanpa kewarganegaraan karena orang tua mereka bekerja secara ilegal di Malaysia yang disebabkan oleh  tuntutan ekonomi serta kurangnya status pendidikan orang tua mereka. Hampir semua dari orang tua mereka adalah pekerja atau buruh dari perusahaan kilang minyak dan bekerja dari pagi hingga larut, sehingga mereka dituntut untuk belajar mandiri sedini mungkin, bahkan hingga harus merawat adiknya yang balita selepas pulang sekolah. Ya, terdengar seberat itu..

Beberapa obrolan dengan mereka yang lagi-lagi membuat saya terenyuh adalah ketika menanyakan cita-cita mereka, beberapa jawab beragam cita-cita yang mereka impikan. Satu anak yang menjadi perhatian saya, dia menjawab “kate mak bapak saye, tak perlulah sekolah tinggi-tinggi cikgu, lepas tu saye akan bekerja macam mak bapak, di kilang (minyak)”.


Saya dan teman-teman relawan memang memfokuskan agar mereka merasa disayangi dan dicintai, agar mereka mengerti bahwa pendidikan adalah hal yang penting dan merupakan hak setiap manusia.

Semoga cerita dari pengalaman ini dapat dijadikan salah satu alasan kita bersyukur bisa lahir dan besar di negara kita sendiri, Indonesia. Karena apa yang kita peroleh saat ini adalah apa yang mereka mimpikan.

Terima kasih telah berkenan membaca. Jika mempunyai pertanyaan, dengan senang hati saya untuk menjawab dan berdiskusi.




You Might Also Like

3 comments

  1. Turut sedih untuk ank wni yg berada disana dan terimakasih sudah sukarela mengajar anak bangsa dinegara tetangga, You all are amazing

    ReplyDelete
  2. Proud of u Adel bangga gue sama Lo kapan gue bisa kayak Lo ikut membantu pendidikan WNI di negara org😭

    ReplyDelete
  3. Proud of you 😎. keep that hard work

    ReplyDelete

Popular Posts

Most Popular